Genap 14 tahun sudah UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia. Sejak saat itu pemerintah beserta seluruh masyarakat berbondong-bondong untuk tetap melestarikan batik dengan berbagai cara.
Di berbagai sektor, seperti sektor pendidikan umumnya memiliki cara untuk tetap melestarikan batik yaitu dengan cara memakainya secara rutin satu kali dalam seminggu. Berbeda dengan yang ada di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur Magelang Jawa Tengah. Di sana terdapat sebuah UMKM bernama Batik Setumbu yang memiliki konsep wisata edukasi bagi siapa saja yang berkunjung.
Saat tim KKN Kelompok 10 STMM Yogyakarta berkunjung ke sana, Ibu Deny selaku pemilik UMKM Batik Setumbu menjelaskan bahwa terdapat puluhan pengunjung yang datang di setiap harinya, terdiri dari turis lokal maupun turis asing. Salah satu cara promosi yang paling efektif dilakukan oleh Batik Setumbu adalah aktif berkomunikasi dengan pelaku wisata sewa mobil VW yang ada di Borobudur, sehingga dapat memasukkan paket wisata edukasinya kepada mereka.
Keunikan yang dimiliki Batik Setumbu ini adalah para pengunjung bisa langsung mempraktikan cara membuat batik yang dimulai dari pembuatan sketsa sampai ke proses mencanting, mewarna, hingga mencolet menggunakan lilin malam yang sudah dipanaskan. Setelah proses membatik selesai, para pengunjung dapat membawa pulang batik yang merupakan hasil karyanya sendiri sebagai bentuk kenang-kenangan.
Terkait motif yang digunakan di Batik Setumbu ini tidak terbatas memakai ciri khas motif tertentu. Di sini para pengunjung bebas mengkreasikan motif batik sesuai dengan keinginannya sendiri. Rata-rata para pengunjung tertarik untuk melukis kombinasi motif batiknya dengan bangunan Candi Borobudur yang menjadi icon Kabupaten Magelang.
Batik Setumbu juga sudah memiliki pendopo dan galerinya sendiri. Di galeri tersebut terdapat beberapa display produk pakaian bermotif batik yang terdiri dari kaos, daster, kemeja, maupun celana yang bisa langsung dibeli oleh para pengunjung. Tak hanya itu, Batik Setumbu juga menerima permintaan dari para pengunjung yang hendak memesan pakaian menggunakan motif batik yang mereka inginkan.
Dari konsep wisata edukasi batik ini, Ibu Deny berharap semakin banyak orang yang menyukai pakaian batik dan belajar untuk melukis batik, sehingga pakaian batik tetap lestari dan berlanjut ke generasi-generasi selanjutnya.