Ki Semar Mbangun Kayangan menjadi lakon yang mengedukasi warga masyarakat dalam pagelaran wayang kulit semalam suntuk di Desa Karangrejo Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Semar adalah sosok rakyat jelata yang hanya seorang abdi, sebuah bentuk penggambaran masyarakat yang miskin dan selalu dianggap remeh oleh orang-orang yang merasa memiliki pengetahuan tinggi dan kekuasaan.
Kisah Semar Mbangun Kayangan, adalah sebuah bentuk edukasi moral dan nilai filosofi kepemimpinan.
Begitulah pujangga pada jaman dulu secara terselubung membuat suatu lakon cerita yang sebenarnya sangat tepat jika disebut sebagai nasehat.
Ketokohan semar sebagai simbol wong cilik, rakyat jelata, mencoba membangun kayangan. Kayangan yang dimaksud Semar bukanlah istana megah (baca: kekuasaan) melainkan untuk mengembalikan sikap pemimpin untuk berorientasi pada rakyatnya.
Karena wayang ini merupakan tontonan dan tuntunan, jadi ada kehendak keinginan bahwa cerita perwayangan ini bisa menjadi teladan kehidupan terutama bagi generasi milenial.
Pagelaran wayang kulit itu digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Pemerintah Desa Karangrejo turut memberikan hiburan kepada warga masyarakat desa Karangrejo, dalam turut serta melestarikan keanekaragaman kebudayaan bangsa Indonesia.
Selain itu, sebagai bentuk pelestarian seni budaya, yakni wayang kulit.
Sedangkan dalang yang dihadirkan untuk tampil dalam pagelaran wayang kulit adalah Ki Hadi Widodo beserta pesinden dan penabuh gamelan.
Sebelumnya Camat Borobudur, Subiyanto dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Magelang, Pemerintah Desa Karangrejo berkenan menyajikan hiburan kepada warga masyarakat yang dihelat di area Kantor Desa Karangrejo.
Ki Hadi Widodo, dalang dari Pakis Kab. Magelang tampil dengan piawai membawakan lakon bersama para pesinden serta penabuh gamelan hingga paripurna acara.